The Best Fluffy Pancakes recipe you will fall in love with. Full of tips and tricks to help you make the best pancakes.
Saya tidak tahu nilai pastinya, namun saya menduga potensi ekonomi bisnis pasir kucing komersial di Indonesia itu besar. Salah satu indikator saya adalah makin banyak merk pasir kucing yang bermunculan dan terus bertahan, artinya bisnis mereka mendatangkan untung.
Juga banyaknya merk pasir kucing impor yang diperdagangkan di Indonesia. Tidak mungkin mereka merambah pasar Indonesia kalau potensi pasar pasir kucing di negara kita tidak cukup besar.
Uniknya, bisnis pasir kucing berasal dari ketidaksengajaan dan kerja keras seseorang.
Sejarah Pasir Kucing Komersial
Diperkirakan pada pertengahan 1940an jumlah kucing yang dipelihara indoor menjadi makin banyak. Sehingga kebutuhan akan pasir (litter) pun meningkat karena kucing menjadi lebih banyak buang air kecil dan besar di dalam rumah.
Waktu itu yang banyak digunakan sebagai pasir kucing adalah kertas, abu, pasir, dan tanah. Sayangnya semua bahan tersebut tidak mampu mengurangi bau kencing dan kotoran kucing dengan baik. Apalagi abu, pasir, dan tanah bisa berceceran di dalam rumah karena menempel di kaki kucing dan terbawa ke mana-mana.
Adalah Edward Lowe yang keluarganya memiliki bisnis penjualan es, batu bara, serbuk gergaji, pasir, dan tanah liat kering di Michigan. Suatu hari di tahun 1947 tetangga Edward meminta pasir untuk mengisi litter box kucingnya karena dia sudah capek menggunakan abu yang bisa mengotori rumah.
Ternyata pasir yang dijual Edward sedang membeku karena sedang musim dingin, sehingga Edward memberi tetangganya sekarung tanah liat kering. Tanah liat itu adalah tanah liat jenis tertentu yang dikirimkan oleh supplier sebagai contoh, dan Edward sesungguhnya tidak tertarik untuk membeli tanah liat itu.
Ternyata tetangganya menyukainya karena tanah liat mampu mengurangi bau di litter box dengan baik. Si tetangga itu menceritakannya pada teman-temannya yang juga memelihara kucing. Akhirnya si tetangga dan teman-temannya meminta Edward secara rutin untuk menyediakan tanah liat kering.
Edward mencium peluang bisnis, tanah liat kering yang sejatinya dijual untuk menyerap ceceran minyak, dia branding ulang menjadi pasir kucing dengan merk Kitty Litter. Produk baru itu ditawarkannya ke toko hewan peliharaan namun ditolak karena pet shop lebih memilih pasir yang lebih murah. Edward memberi pet shop sample produk gratis dan berkeliling mempromosikan pasir kucingnya ke berbagai cat show.
Setelah bertahun-tahun meyakinkan pet shop dan pemilik kucing yang skeptis, Edward menuai sukses dan di kemudian hari juga mengembangkan pasir kucing merk Tidy Cat. Saat Edward pensiun ia menjual perusahaannya dengan nila sekitar USD 200 juta. Hingga sekarang penemuan Edward menginspirasi banyak perusahaan dan menghasilkan berjenis-jenis pasir kucing serta berkontribusi signifikan pada perkonomian banyak pihak.
Gambaran Sekilas Ekonomi Pasir Kucing Di Dunia
Pasar pasir kucing dunia diperkirakan akan tumbuh pada tingkat 4,1% pada 2029 dengan kemungkinan nilai mencapai USD 5,81 miliar. Meningkatnya jumlah pemilik kucing, jumlah kucing yang dipelihara di tiap rumah, kesadaran akan kesehatan kucing peliharaan, dan kecenderungan pemilik kucing untuk tidak membiarkan kucingnya keluar rumah diperkirakan menjadi faktor meningkatnya permintaan pasir kucing.
Pemilik kucing di seluruh dunia makin banyak yang memperlakukan kucingnya sebagai keluarga dan menghendaki produk perawatan kucing yang berkualitas tinggi. Sebagian cenderung beralih ke pasir kucing yang lebih alami dan ramah lingkungan yang berbahan tofu, jagung, kayu, dan lainnya.
Amerika Utara akan mendominasi pasar pasir kucing karena meningkatnya jumlah pemilik kucing di Amerikat Serikat dan Kanada pada 2022-2029. Wilayah Asia Pasifik (termasuk Indonesia) diperkirakan akan memiliki tingkat pertumbuhan terbesar karena meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya permintaan produk pasir kucing.
Bisa disimpulkan bisnis pasir kucing menggerakkan roda perkonomian yang cukup besar mencakup penyedia bahan mentah, produsen, distributor, hingga penjual eceran. Dalam prosesnya juga ada pihak lain yang turut menikmati keuntungannya seperti marketing agency, marketplace, dan mungkin pihak lainnya.
Potensi Ekonomi Bisnis Pasir Kucing Di Indonesia
Sebuah website (lihat referensi di bawah artikel ini) mengatakan pasar produk terkait kucing di Indonesia memiliki total pendapatan sekitar USD 29,7 juta pada 2019, atau sekitar 460 miliar rupiah lebih. Tapi saya meragukannya dan mempunyai dugaan nilainya mencapai triliunan. Produk yang mendominasi pasar saya perkirakan produk yang dipakai sehari-hari yaitu makanan kucing dan kemudian pasir kucing.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim dengan sendirinya jumlah pemilik kucing jauh lebih banyak dari jumlah pemilik anjing. Mungkin jumlah pemilik kucing ada puluhan juta. Bahkan banyak rumah yang memiliki lebih dari 1 ekor kucing peliharaan bisa dua, tiga, lima, bahkan sepuluh.
Besarnya potensi ekonomi bisnis pasir kucing bisa dilihat dari beberapa faktor. Pertama pasir kucing dibutuhkan dan dipakai sehari-hari terutama untuk kucing yang dipelihara indoor. Saya sendiri untuk satu ekor kucing indoor tiap bulan membeli 1-2 pasir tofu ukuran 7 liter, seharga 70 ribuan per 7 liter.
Kedua, kucing yang dipelihara di Indonesia terdiri dari anak kucing dan kucing dewasa, semuanya membutuhkan pasir kucing. Adanya regenerasi kelahiran anak kucing menunjukkan potensi ekonomi yang kontinyu.
Ketiga, kucing adalah binatang yang berumur cukup panjang. Bisa mencapai 11 tahun bahkan ada yang berumur 18 tahun. Hal ini juga menunjukkan potensi ekonomi yang kontinyu.
Keempat, sebagian besar pemilik kucing di Indonesia saya yakin menganggap kucingnya sebagai teman bahkan anggota keluarga, hanya sebagian kecil yang menganggap kucingnya sebagai hewan pada umumnya. Karena adanya rasa sayang yang cukup besar itu, pemilik kucing akan tidak ragu untuk mengeluarkan dana bagi kesehatan dan perawatan kucingnya.
Menurut saya potensi ekonomi bisnis pasir kucing masih bagus. Orang masih bisa masuk ke bisnis ini sebagai penyedia bahan mentah, produsen atau pabrikan, distributor baik produk lokal maupun impor, atau sebagai penjual eceran.
Untuk perorangan yang memungkinkan untuk dimasuki adalah bisnis menjual eceran berbentuk pet shop. Prospeknya bagi saya terlihat cukup bagus, karena dibutuhkan setiap hari dan tahan pandemi.
Pet shop saat ini yang saya tahu ada yang hanya menjual online saja, atau sekaligus online dan offline, ada yang menjual offline saja. Idealnya memang berjualan offline dan online, atau minimal punya layanan delivery. Karena ketika salah satunya sedang surut, misalnya bisnis offline saat pandemi, yang satunya masih bisa diharapkan untuk memberikan pemasukan.
Kalau ingin menjual online bagi mereka yang belum punya skill dan resource, saya menyarankan untuk menjualnya di marketplace. Sedangkan yang punya skill dan resource bisa mengkombinasikan marketplace dengan berjualan di medsos dan website sendiri.
Tulisan singkat saya ini banyak sekali kekurangannya, saya dengan senang hati menerima masukan untuk lebih melengkapi tulisan ini.
Referensi:
- https://www.databridgemarketresearch.com/reports/global-cat-litter-market
- https://www.researchandmarkets.com/reports/5351631/cat-litter-products-market-size-share-and-trends
- https://www.globenewswire.com/en/news-release/2022/09/05/2509656/0/en/Cat-Litter-Market-to-have-a-phenomenal-CAGR-of-5-3-in-the-next-10-years-Future-Market-Insights-Inc.html
- https://www.reportlinker.com/p06130627/Cat-Care-in-Indonesia-Market-Summary-Competitive-Analysis-and-Forecast-to.html
Gambar: Jupiterimages, Freeimages.com